Awak media dari Media Center Haji (MCH) mencoba mengulik dan mencari tahu kisah misteri penuh sarat makna dan semangat perjuangan karena Allah yang patut diambil hikmah serta dicontoh dari jamaah calon haji (calhaj) Embarkasi Medan.
Marni binti Poksum yang akrab disapa Nek Marni seorang nenek penjual serabi. Diusianya ke 68 tahun, Nek Marni bersama putranya Agus Suhendra tengah bersiap menjalani perjalanan yang selama ini hanya bisa ia bayangkan dalam sujud dan harapan untuk berangkat haji ke Tanah Suci.
Nek Marni bukan seorang pegawai, bukan pula seorang pedagang besar, perjalanannya juga bukan kisah yang penuh kelimpahan harta, tapi semangat perjuangan Nek Marni dalam menggapai niat dan impiannya untuk menunaikan rukun Islam ke 5 juga bukanlah hal yang mudah.
Nek Marni hanyalah seorang nenek penjual serabi yang setia mengayuh harapan sejak tahun 2002. Kisahnya ini patut menjadi contoh bahwa setiap usaha yang baik dengan niat yang ikhlas karena Allah pasti akan berbuah manis.
Nek Marni pun menceritakan perjalanan hidupnya sambil mengenang 12 tahun perjuangannya sejak pertama kali berniat menunaikan rukun Islam kelima hingga akhirnya atas kehendak Allah ia bisa menunaikan ibadah haji ke baitullah.
Selama lebih dari dua dekade, Nek Marni menjajakan serabi. Sebelum menjadi penjual serabi, Nek Marni mengatakan pernah berganti profesi sebagai penjual mie sop dan lemang dan ia antar hampir setiap hari ke pajak (pasar).
“Pernah jual mie sop, lemang, dan terakhir jual serabi. Nenek menabung sedikit demi sedikit, dari hasil jualan itu. Anak-anak juga bantu,” ucap Nek Marni.
Pada tahun 2012, Nek Marni resmi mendaftar bersama salah satu putranya, Agus Suhendra dan Sejak itu pula penantian panjang pun dimulai.
Tahun lalu, namanya sempat disebut sebagai calon jamaah yang akan berangkat. Namun takdir berkehendak lain, namanya belum masuk daftar akhir menjadi tamu Allah.
“Ya nenek hanya bisa bilang, belum rezeki. Berbaik sangka aja sama Allah. Mungkin tahun depan, kalau umur panjang,” ujarnya saat diwawancarai di Asrama Haji Medan, Selasa (20/5/2025).
Pada akhirnya, setelah 12 tahun menunggu, ternyata Allah memang menyiapkan waktu yang lebih baik untuk Nek Marni. ia akhirnya dapat berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 16 Embarkasi Medan (KNO 16) bersama 116 jamaah asal Kota Tebing Tinggi.
Nek Marni memasuki Asrama Haji pada 20 Mei pagi, lalu terbang menuju Jeddah, Arab Saudi pada 21 Mei, tengah malam.
Perjalanan menuju momen ini, tidaklah mudah. Sekitar tujuh bulan lalu, Nek Marni terjatuh yang mengakibatkan tubuh rentanya tidak lagi sekuat dulu dan Ia pun berhenti berjualan serabi selama 7 bulan.
Nek Marni bahkan sempat khawatir menjelang bulan Ramadan kemarin tidak bisa menjalankan puasa, tarawih bahkan ibadah haji dengan sempurna karena kondisi kakinya yang lemah.
“Tiga hari sebelum puasa, nenek benar-benar berdoa minta sama Allah. Nenek bilang, Ya Allah, sebentar lagi puasa, izinkan aku supaya bisa puasa, bisa tarawih tidak tinggal, sehatkan, nenek berdoa, Aku juga ingin ziarah ke makam ibu saya di kampung sebelum berangkat haji, ” ucapnya dengan mata berkaca-kaca mengenang hal itu.
Keajaiban pun datang. Atas izin Allah, Kesehatannya berangsur pulih. Nek Marni bisa kembali berjalan, bisa menyiapkan diri menyambut Ramadan dan panggilan mulia menuju Tanah Suci.
Sejak ditinggal suami pada 2018, kini Nek Marni berjuang dengan mengandalkan semangat dari 5 anak dan 13 cucu yang terus menyemangatinya. Anak-anaknya adalah saksi hidup betapa tabahnya seorang nenek yang tidak pernah menyerah pada keadaan.
Saat ditanya apakah pernah terlintas ingin membatalkan niat ibadah haji, mengingat masa tunggu yang begitu lama, dengan tegas Nek Marni mengatakan tidak pernah terlintas sedikitpun, meski banyak yang mengajaknya untuk pergi umroh saja.
“Nggak pernah terlintas untuk membatalkan niat haji, meskipun dulu ada yang ngajak untuk umroh aja. Tapi nenek bilang, haji itu wajib. Biarlah saya tunggu, saya mau menunaikan kewajiban itu cemanapun,” ungkap nek Marni tegas.
Nek Marni pun juga menyampaikan pesan yang sangat bermakna dan memotivasi bagi masyarakat yang belum melaksanakan ibadah haji.
“Nenek hanya ingin sampaikan satu pesan. Kalau sudah ada niat, daftar dulu. Jangan tunggu mampu, jangan tunggu tua. Niatkan sungguh-sungguh, ikhtiarkan sebisanya. Allah yang akan cukupkan," pesan Nek Marni.
Kisah Nek Marni merupakan bukti nyata bahwa niat yang tulus, usaha yang konsisten dan keyakinan yang kuat kepada takdir Allah, akan mampu menembus segala keterbatasan.
Kisah ini menjadi cermin bagi semua masyarakat bahwa setiap tetes peluh saat berjualan, setiap doa saat sujud, dan setiap rupiah yang ditabung perlahan akan ikut menapak di Tanah Suci. Dari dapur yang sederhana dan serabi Nek Marni pun, jalan menuju Baitullah bisa terbuka luas.
Kisah nyata nek Marni ini mengajarkan kita bahwa perjuangan tidak selalu tampak megah, tapi jika dijalani dengan sabar dan doa, maka Allah sendiri yang akan memuliakan langkah itu karena sesungguhnya, haji bukan soal siapa yang paling mampu, tapi siapa yang paling bersungguh hati karena Allah. (Soni)